PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK ELECTRIC PANEL
Troubleshooting dalam Rangkaian Control
Senin, 04 Oktober 2010
Arus, tegangan dan daya pada Motor
Jumat, 01 Oktober 2010
The line current (IL), kilovolt ampere (kVA) input, and
kilowatt (kW) input of any motor can be calculated if the line voltage (EL), motor efficiency (eff), motor power
factor (pf), and horsepower (hp) output are known.
1. For three-phase motors, the relations are:
IL = [746 (hp)]/[1.73(EL )(pf)(eff)]
kVA input = [1.73 (IL ) (EL )]/1000
2. For single-phase motors, the relations are:
IL = [746 (hp)]/[(EL )(pf)(eff)]
kVA input = [(IL )(EL )]/1000
kW input = kVA x pf
Switchgear and Motor Control Centres
Berteman dengan Pribadi yang Positif
Sabtu, 30 Januari 2010
Dalam hidup ini kita bersosialisasi dengan banyak orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Di antara orang-orang tersebut, tentu kita pernah menemukan pribadi yang menjengkelkan, negatif, atau yang tidak menghargai orang lain. Berada di lingkungan orang yang memiliki pandangan hidup yang negatif tidak baik untuk diri kita. Selain kita jadi sering kesal sendiri, lama-kelamaan kita pun akan terbawa menjadi pribadi yang selalu negatif.
Karena itu, berusahalah berada di lingkungan yang positif. Kebalikan dari berkumpul dengan orang-orang yang negatif, berada di tengah-tengah jiwa yang positif akan membuat kepribadian kita juga akan terbawa positif. Orang-orang yang positif memandang segala sesuatu hal dari sisi positif. Contohnya, mereka tetap bisa tegar dan tabah di saat mengalami kesulitan. Mereka mampu melihat sisi diri Anda yang istimewa, meskipun Anda merasa biasa-biasa saja. Mereka tulus menerima kelebihan orang lain, dan tidak menunjukkan bahwa mereka lebih hebat daripada Anda. Semua itu hal yang baik, kan?
Bila Anda ingin mengubah diri Anda menjadi lebih baik, coba cermati ciri-ciri pribadi yang positif berikut ini:
1. Tidak egois. Di dunia dimana banyak orang yang tidak punya waktu atau ketertarikan terhadap orang lain, sifat yang tidak egois rasanya makin sulit dicari. Mereka yang tidak mementingkan diri sendiri akan memberikan waktu untuk memberi, dan mampu mendengarkan. Mereka yang senang memberi dan murah hati punya kemampuan untuk membuat orang lain merasa dicintai, dihargai, dan istimewa. Sedangkan mereka yang memikirkan diri sendiri akan bertindak sebaliknya.
2. Penuh toleransi. Orang yang biasa bertenggang rasa akan membuat kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri. Setiap pribadi berbeda-beda, dan biasanya hal ini akan dipandang aneh oleh orang lain. Namun, perbedaan inilah yang membuat hidup jadi berwarna. Kemampuan untuk menerima orang lain apa adanya, dan tidak mengharapkan mereka menjadi orang lain yang kita inginkan, itulah karakter teman yang sebenarnya.
3. Tidak dibuat-buat. Memiliki kemampuan untuk bertindak apa adanya dan jujur adalah hal yang langka di dunia ini, karena kita menghadapi tekanan untuk berlaku baik hanya di luarnya saja. Tampil apa adanya diri kita adalah suatu kelebihan yang jarang dimiliki. Untuk bisa menjalani suatu hubungan, perlu adanya kejujuran. Hal ini butuh kemampuan mendengarkan dan memberikan feedback yang mungkin tidak disukai pasangan. Namun memiliki kemampuan untuk menyampaikannya, dan tidak takut menghadapi konsekuensinya, artinya mencintai pasangan seperti apa adanya dirinya, dan bukan bagaimana kesan yang ditampilkannya dari tampilan fisiknya.
4. Peka pada orang lain. Seringkali kita hanya terfokus pada kebutuhan kita semata, sehingga kita jarang memberikan perhatian pada orang lain. Orang yang peka terhadap orang lain biasanya penuh pengertian, menghargai, dan penuh kasih, membuat Anda merasa dimengerti, dan dihargai. Namun orang yang sensitif seringkali juga sadar diri, sehingga sadar bagaimana mereka mempengaruhi orang lain dengan apa yang mereka katakan atau lakukan.
5. Punya integritas. Kriteria pribadi seperti ini memang sulit ditemukan. Mungkin akan sulit mencari orang yang mau melakukan sesuatu tanpa pamrih. Mereka bukan orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Mereka juga bukan orang yang senang membeberkan persoalan pribadi mereka di depan publik, dan menikmati momen tersebut tanpa memikirkan konsekuensinya.
6. Rendah hati. Apa pun dia, entah sangat cerdas, berbakat, atau cantik menawan, semua itu tidak akan percuma kalau dia tidak rendah hati. Terlebih jika ia ternyata besar kepala dan angkuh. Hanya orang-orang yang luar biasa saja yang bisa memiliki kepribadian ini.
sumber kompas.com
Waktu
Selasa, 26 Januari 2010
Bayangkan ada sebuah bank yang memberimu pinjaman uang sejumlah Rp. 86.400,- setiap paginya.
Semua uang itu harus kau gunakan.
Pada malam hari, bank akan menghapus sisa uang yang tidak kau gunakan selama sehari.
Coba tebak, apa yang akan kau lakukan?
Tentu saja,menghabiskan semua uang pinjaman itu.
Setiap dari kita memiliki bank semacam itu; bernama WAKTU.
Setiap pagi,ia akan memberimu 86.400 detik.
Pada malam harinya ia akan menghapus sisa waktu yang tidak kau gunakan untuk tujuan baik, karena ia tidak memberikan sisa waktunya padamu.
Ia juga tidak memberikan waktu tambahan.
Setiap hari ia akan membuka satu rekening baru untukmu.
Setiap malam ia akan menghanguskan yang tersisa.
Jika kau tidak menggunakannya maka kerugian akan menimpamu.
Kamu tidak bisa menariknya kembali.
Juga, kamu tidak bisa meminta "uang muka" untuk keesokan hari.
Kamu harus hidup di dalam simpanan hari ini.
Maka dari itu, investasikanlah untuk kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesanmu.
Jam terus berdetak. Gunakan waktumu sebaik-baiknya.
Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang gagal kelas.
Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan prematur.
Agar tahu pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan.
Agar tahu pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu.
Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta.
Agar tahu pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang barusaja terhindar dari kecelakaan.
Agar tahu pentingnya waktu SEMILI DETIK, tanyakan pada peraih medali perak Olimpiade.
Pojok renungan :
Hargailah setiap waktu yang kamu miliki.
Dan lebih berharga lagi bila kamu menggunakann ya untuk tujuan kebahagian bersama orang yang spesial.
Dan ingatlah ...waktu tidaklah menunggu siapa-siapa.
Kisah Sang Elang
Seorang petani menemukan sebuah telur di sawahnya, dan ternyata telur yang ditemukannya itu adalah telur elang. Namun si petani tersebut tidak menyadarinya. Wah, lumayan nih dapet sebutir telur, bisa untuk tambahan menu makanan hari ini, pikir si petani. Sesampainya di rumah, petani tersebut urung melakukan niatnya, melihat bentuk telur itu yang agak besar dan berbeda dengan telur ayam biasanya. Akhirnya si petani tersebut menaruh telur elang tersebut di kandang seekor ayam betina di belakang rumahnya untuk di-erami.
Hari berganti hari, dan akhirnya telur elang itupun menetas bersama dengan telur-telur ayam lainnya. Masa kanak-kanak elang tersebut dihabiskan dengan anak-anak ayam yang lain. Dan akhirnya tingkah elang tersebut pun seperti layaknya ayam yang lain. Si anak elang menjalani kehidupannya seperti ayam, seperti yang dilakukan sang saudara tirinya, mencari cacing, bermain dengan ayam-ayam.
Hingga suatu saat dia melihat ada seekor elang terbang diatas mereka, sang anak elang pun terpana melihat elang tersebut terbang bebas diangkasa. “wah enak ya si elang bisa terbang bebas,” kata si anak elang tersebut. ”Jangan mimpi deh, kamu kan ayam ngga bisa terbang seperti mereka,” kata saudara tiri si elang.
Anak elang tumbuh dewasa. Badannya semakin tegar, sayapnya semakin kokoh, kuat paruhnya semakin tajam, dan kakinya semakin mencengkram. Tapi dia masih saja bertingkah seperti ayam. Dia tidak berani tuk mengepakkan sayapnya, hanya bersedih melihat dirinya berbeda dengan ayam-ayam lainnya dan hanya bisa memandang ke langit memperhatikan burung-burung lain yang terbang. Hingga akhirnya si elang itupun mati tanpa ia bisa mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi di angkasa.
—————————-
Sebuah pelajaran yang berharga dari cerita di atas. Tentang diibaratkannya diri kita adalah seekor elang yang sebetulnya mampu untuk terbang, melayang tinggi, dan bermain di angkasa. Hanya tinggal kemauan untuk mencoba mengepakkan sayap, maka kita akan bisa terbang bersama burung-burung yang lain dan malah bisa lebih tinggi kalau kita menyadari bahwa diri kita memiliki kelebihan dan kekuatan untuk melakukan hal itu.
Tapi sayang, kadang-kadang mental kita masih berada jauh dari impian, masih berkutat di dalam lingkungan yang sempit, kuno, dan tidak mau berubah seperti eleng tadi. Untuk keluar mencoba melakukan sesuatu hal yang baru masih belum bisa dan tidak berani melakukannya. Kita masih terkondisikan oleh lingkungan, tanpa mau tahu sebetulnya kita juga bisa menciptakan kondisi lingkungan.
Memang berat menjadi seekor elang di lingkungan ayam, karena memang sudah menjadi kebiasaan, menjadi sebuah tabiat, semua dilakukan atas asas tradisi. Tapi tidak ada salahnya tuk mencoba, tidak ada salahnya tuk bisa berubah. Hidup adalah sebuah alur yang tidak selalu lurus. Ia bergerak dinamis mengikuti arah perkembangan jaman.
Banyak rintangan dan hambatan menjadikan sebuah pelajaran buat kita tuk bisa menghadapinya. Kesabaran tuk belajar mengepakkan sayap secara perlahan-lahan tapi pasti akan menunjukkan jati diri bahwa kita adalah manusia yang diciptakan oleh Allah secara sempurna yang diberikan akal untuk berpikir, tuk bertahan hidup, dan juga tuk bisa merasakan setiap perbedaan dengan perubahan.
Compressor : Basic Theory
Kisah Anak Kerang
Hanya iseng mau nulis juga lagi susah kudu dimana dimulaina terus kebetulan aya email dari teman, ya sudah masukin blog hanya mau nerusin ke pembaca,,jayalah para pembaca indonesia..begini copas emailna.
Jangan pernah mengambil keputusan pada saat sedang emosi. Kalau bisa
jangan bicara, supaya tidak membuat kesalahan yang akan mencoreng muka sendiri.
Setiap penderitaan pasti ada hikmahnya. Yang penting jangan berhenti berdoa dan hanya berharap pada Tuhan. Pembalasan bukan hak kita. Tuhan lebih tau balasan yang cocok bagi orang yang menyakiti kita. Iiiiih ngeri. Mending baca ilustrasi dibawah ini ya..........., semoga dikuatkan.
Kisah Anak Kerang
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.
Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tanganpun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.
Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam.
Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat, kata ibunya dengan sendu dan lembut. Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.
Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna.
Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
***
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang
luar biasa."
Dengan itu dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa." Itulah yang terjadi pada orang-orang seperti Abraham Lincoln, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, Kim Dae Jung, dan A.H. Nasution. Jadi jika Anda sedang menderita hari ini, apa pun sebabnya, saya sarankan: bersiap-siaplah menjadi "orang luar biasa".